Hampir setiap pagi langkahnya di ayunkan ke pagar depan
Diikuti seseorang yang sangat dia cintai dibelakangnya, sambil membawakan tas gendong hitam berisi surat-surat nasabah suaminya
Ku dengar pesan-pesan singkat dari bibir tuanya untuk istrinya
Ku lihat istrinya memakaikan sepasang kaus kaki di kakinya
Dia mulai beranjak dari kursi teras rumah dengan menjinjing tasnya
Kemudian membuka pintu kendaraan pribadinya
Kadang dia melupakan sesuatu di almari kamar, telepon genggam yang selalu dia gunakan untuk menelpon istrinya ketika waktu makan siang tiba atau ketika kantornya masih terlihat sepi oleh nasabah
Segera bergegas menuju kantornya dengan jok belakang kendaraannya terisi beberapa orang yang menanti tempat tujuan mereka masing-masing.
Dia pendiam, bahkan sangat pendiam
Kadang tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya ketika sedang melakukan aktivitasnya di luar rumah
Saat sampai di kantornya dan telah menurunkan semua penumpangnya ditempat tujuan mereka,
dia mendapati beberapa nasabah sudah mengantri sembari mengobrol dengan nasabah yang lain
Dia cari kunci pintu kantor yang selalu dalam tasnya
Dibukanya pintu itu sembari menunggu teman sekantornya datang
Dengan keuletan dan keramahannya , dia melayani nasabahnya
Sampai tiba waktu dzuhur, dimana dia harus pergi ke masjid depan kantor untuk sekedar bercinta dengan Sang Khalik.
Tak lama setelah itu,
dia mulai disibukkan dengan nada sambung panggilan ke nomor telepon istrinya,
menceritakan apa yang dia alami
menanyakan bagaimana keadaan rumah
menanyakan putra putri tercintanya
Kala matahari tak lagi terik
hampir menjelang senja
Tubuh rentanya berjalan seorang diri memasuki pintu rumah
Kakinya telah letih dengan segala rutinitasnya
Tangannya memanggul tas hitam miliknya
Melangkah ke ruang tidurnya
Menanggalkan pakaian kerjanya
Menyegarkan tubuhnya dengan shower kamar mandi
Bergegas menuju musholla rumah untuk bertemu Penciptanya
Istri yang sedari pagi memasakkan makanan untuknya sudah menunggunya di meja makan
Sembari menyiapkan makanan, tampak aura mukanya berseri melihat suaminya menengadahkan kedua telapak tangannya
Makanan pun siap disantapnya
Dengan lahap, mulutnya yang penuh nasi dan lauk dia kunyah perlahan hingga tertelan semuanya
sambil lalu bercerita kejadian yang dia alami di luar rumah
Seakan tak akan ada habisnya kejadian-kejadian itu untuk diceritakan pada istrinya tercinta
Sedikit guyonan pun keluar dari bibir istrinya untuk sekedar menghilangkan kepenatan suaminya,seakan tau betapa lelahnya lelaki renta itu seharian bekerja
Mega merah telah nampak di ufuk barat
Isyarat alam untuk kembali bercinta pada Rabb
Dia, istri, dan anak-anaknya pun berjemaah menunaikan kewajiban mereka
Memanjatkan segala doa demi keselamatan keluarganya kelak di akhirat
Lepas berjemaah, bibir tuanya kembali memanggil namaku
Memintaku memijati seluruh tubuhnya
Ku pijat tangan, kaki dan punggungnya
Kerutan di dahinya nampak jelas
Lengan bawahnya hitam pekat terkena terik
Tulangnya terlihat rapuh
Semangatnya menghidupi istri dan kedua anaknya tak pernah pudar
Dikurasnya semua energi demi mereka
Ayah....
kekagumanku padamu tak berujung
pun juga sayang dan cintaku padamu
Kelak ketika masa senjamu tiba
Insyaallah akan ku balas pengorbananmu itu
tangis haruku tak lebih dari sekedar rasa kagum berkepanjangan
biar hatiku pendam asa yang masih belum ku buktikan
ijinkan baktiku padamu menjadi bekalku menuju surgaNya
Terimakasih untuk semua cinta dan sayangmu
0 comments :
Post a Comment
Comment yuuk